Sabtu, 25 Agustus 2012

Eksperimen JOHN B. WATSON

 
Watson dan Rosalie Rayner (1920) melakukan percobaan pada bayi berusia sebelas bulan bernama Albert. Selain Albert, unsur lain dalam percobaan ini adalah seekor tikus putih, lempengan besi, dan palu. Pada awal studi, Albert tidak menunjukkan rasa takut pada tikus. Dia bahkan mendekati dan berusaha menyentuhnya. Selama tahap awal eksperimen, ketika Albert melihat tikus dan berusaha menyentuhnya, eksperimenter mengambil palu dan memukul lempengan besi yang ada di belakang Albert, sehingga menimbulkan suara berisik. Dalam merespon suara tersebut, Albert “kaget terhenyak dan tersungkur ke depan”. Sekali lagi Albert melihat tikus dan berusaha menyentuhnya, dan sekali lagi saat tangannya hendak menyentuh tikus, lempengan besi dipukul. Sekali lagi Albert terlonjak dan mulai merengek. Karena keadaan emosional Albert ini, percobaan dihentikan selama seminggu sehingga Albert tidak terlalu terganggu.
Sesudah seminggu, tikus dihadirkan lagi di depan Albert. Kali ini Albert sangat hati-hati dan mengamatinya dengan cermat. Pada suatu saat, ketika tikus itu menyetuh tangannya, Albert segera menarik tangannya. Ada beberapa lagi percobaan penyandingan suara dan tikus dan akhirnya Albert sangat takut pada tikus. Kemudian, ketika tikus dihadirkan lagi ke Albert, dia mulai menangis, dan “segera berbalik kearah kiri, terjatuh, lalu merangkak menjauh dengan cepat.”
          Juga ditunjukkan bahwa rasa takut Albert digeneralisasikan ke berbagai macam obyek yang pada awalnya ridak ditakutinya: kelinci, anjing, kucing, kain sutera, topeng santa claus. Jadi, Watson menunjukkan bahwa reaksi emosional kita dapat ditata melalui pengkondisian klasik. Dalam eksperimen ini, suara keras adalah US, rasa takut yang ditumbulkan suara itu adalah UR, tikus adalah CS, rasa takut pada tikus adalah CR. Rasa takut Albert kepada semua objek putih berbulu menunjukkan adanya generalisasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar